Keputusan Amerika Serikat (AS) menjatuhkan sanksi terhadap produsen minyak dan kapal tanker Rusia memicu lonjakan tarif angkutan supertanker. Para pedagang bergegas memesan kapal untuk mengirim pasokan dari negara lain ke China dan India.
Mengutip Reuters, Rabu (15/1/2025), kilang minyak China dan India kini mencari pasokan bahan bakar alternatif sebagai adaptasi terhadap sanksi berat AS. Sanksi tersebut dirancang untuk membatasi pendapatan Rusia, eksportir minyak terbesar kedua dunia, sebagai tanggapan atas serangannya ke Ukraina.
Dampak Sanksi pada Perdagangan Minyak
Banyak kapal tanker digunakan untuk mengirimkan minyak Rusia ke India dan China akibat sanksi Barat dan batasan harga dari negara-negara Kelompok Tujuh (G7). Hal ini memindahkan perdagangan minyak Rusia dari Eropa ke Asia. Beberapa kapal tanker Rusia juga mengangkut minyak dari Iran yang turut dikenai sanksi.
Menurut analisis Lloyd's List Intelligence, sekitar 35% dari total 669 kapal tanker yang mengangkut minyak Rusia, Venezuela, dan Iran kini telah terkena sanksi oleh AS, Inggris, atau Uni Eropa. Akibatnya, ketersediaan kapal tanker menjadi semakin ketat.
Lonjakan Tarif Angkutan
Para pedagang kini beralih mencari kapal yang tidak diberi sanksi untuk mengangkut minyak mentah Rusia dan Iran. Hal ini menyebabkan tarif angkutan melonjak, terutama untuk Kapal Pengangkut Minyak Mentah Sangat Besar (VLCC) yang mampu mengangkut 2 juta barel minyak mentah.
- Rute Timur Tengah-China (TD3C): Tarif naik 39% sejak Jumat menjadi USD 37.800 (Rp 616 juta) per hari, tertinggi sejak Oktober.
- Pengiriman Minyak Rusia-China: Tarif tanker Aframax untuk rute pelabuhan Pasifik Rusia di Kozmino ke China Utara melonjak lebih dari dua kali lipat menjadi USD 3,5 juta (Rp 57 miliar).
Data S&P Global Commodity Insights mencatat bahwa lonjakan tarif ini disebabkan oleh terbatasnya jumlah kapal yang tersedia untuk rute tersebut.
Kendala di Pelabuhan China
Tanker yang terkena sanksi dilaporkan terdampar di luar provinsi Shandong, China Timur, akibat larangan yang diberlakukan oleh Shandong Port Group sebelum pengumuman Washington. Vortexa memperkirakan lebih dari 85% pelayaran minyak mentah Rusia ke Shandong menggunakan tanker yang kini terkena sanksi.
Peningkatan Biaya Pengiriman
Lonjakan tarif angkutan juga terlihat di berbagai rute lainnya:
- Teluk AS-China: Biaya pengiriman mencapai USD 6,82 juta (Rp 111 miliar), naik USD 360.000 (Rp 5,8 miliar) dibandingkan minggu lalu.
- Timur Tengah-Singapura: Tarif naik worldscale (WS) 11,15 menjadi WS61,35.
- Timur Tengah-China: Tarif melonjak menjadi WS59,70, naik WS10,40.
- Afrika Barat-China: Tarif naik WS9,55 menjadi WS61,44.
Analisis Pasar
Menurut Kpler, pengetatan ketersediaan kapal diperkirakan akan terus berlanjut. "Kami memperkirakan lebih banyak kapal baru akan ditarik ke armada bayangan dalam beberapa bulan mendatang, yang akan memperburuk ketersediaan kapal di pasar angkutan barang yang tidak diberi sanksi," kata analis Kpler.
Langkah AS ini dipandang sebagai pukulan besar terhadap ekspor minyak Rusia, sekaligus mendorong ketegangan ekonomi global yang lebih luas.
Social Plugin